Profil perusahaan Bentoel Group dan tanggung jawab sosial perusahaannya

Posted: October 31, 2012 in Uncategorized

Bentoel Group merupakan  salah satu anggota dari British American Tobacco Group, kelompok usaha tembakau terbesar kedua di dunia berdasarkan pangsa pasar global yang beroperasi di lebih dari 180 negara.

Bentoel group saat ini adalah produsen rokok ke-4 terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar sekitar 8% dan fokus pada proses integrasi dan sinergi untuk membangun masa depan yang stabil melalui pertumbuhan yang berkelanjutan dengan menerapkan empat pilar strategi yaitu memngembangkan Pertumbuhan lebih lanjut, meningkatkan Produktivitas, memastikan Tanggung Jawab bisnis dengan menjalankan Tata Kelola Perusahaan dan program Tanggung Jawab Sosial.

Didirikan oleh Ong Hok Liong pada tahun 1930 dengan bernama “Strootjes Fabriek Ong Hok Liong” kemudian berubah nama menjadi PT. Perusahaan rokok Tjap Bentoel pada tahun 1958. Pada tahun 2009 Bentol Group diakuisisi oleh british american tobacco, perusahaan rokok terbesar dunia kedua.

Perseroan aktif mengorganisir inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan dan fokus pada program pengembangan masyarakat yang secara konsisten memberikan kontribusi kepada masyarakat dan lingkungan di wilayah operasinya.

Perseroan dan anak-anak perusahaan berkomitmen untuk selalu memberikan kontribusi kepada masyarakat dan lingkungan dimana Perseroan beroperasi. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, berdasarkan keputusan Direksi Perseroan pada tahun 2010, dibentuk Komite Tanggung Jawab Sosial (CSR), yang tugasnya antara lain merencanakan dan memantau program CSR.

Untuk tahun 2011, program CSR Perseroan difokuskan pada kegiatan pengembangan masyarakat di bidang lingkungan hidup dan penanggulangan dampak bencana alam.

Pemberdayaan dan Kesadaran Lingkungan
Perseroan mendukung kegiatan 125 Kader Lingkungan yang bernaung di bawah Paguyuban Kader Lingkungan Kota Malang, Jawa Timur. Mereka adalah relawan lingkungan dari sekitar 513 RW (Rukun Warga) dari lima kecamatan di Kota Malang. Program kemitraan ini telah dimulai sejak tahun 2010 dan terus berlanjut pada tahun 2011. Melalui program kemitraan ini, perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitar dimana mereka bermukim sudah menampakkan perubahan ke arah yang lebih baik, khususnya di Kota Malang.

Para Kader Lingkungan bertugas mendorong masyarakat untuk mengembangkan perilaku yang bersahabat dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka juga mengawasi penerapan manajemen sampah dengan melakukan pemisahan antara sampah organik dan sampah non organik, membuat kompos, dan pemanfaatan gas metan. Program ini didukung secara aktif oleh ibu-ibu rumah tangga melalui program optimalisasi Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di pekarangan rumah dan mempelopori pembangunan Bank Sampah di masing-masing RW.

Untuk merealisasikan program tersebut, Perseroan menjalin kerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota Malang. Pihak pemerintah yang menetapkan RW terpilih yang akan menjadi pilot project dan selanjutnya diharapkan dapat menularkan program tersebut ke wilayah lain di Kota Malang.

Selain menyediakan pendanaan, Perseroan berharap agar program ini dapat menjadi kampanye efektif untuk meningkatkan kesadaran masyakarat terhadap pelestarian  lingkungan di sekitarnya. Perseroan memberikan dukungan berupa program sosialisasi dan pelatihan lingkungan hingga penyediaan infrastruktur.

Penanggulangan Bencana Alam
Terkait penanggulangan bencana alam, Perseroan memberikan bantuan bagi korban letusan Gunung Merapi, Jawa Tengah dan bencana tsunami di Mentawai, Sumatera Barat yang terjadi pada tahun 2010. Bantuan yang berkelanjutan diberikan kepada warga Dusun Ngablak, Desa Srumbung. Kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Dusun Ngablak dikenal sebagai pusat produksi salak di Magelang sebelum Gunung Merapi meletus, dan belum memperoleh bantuan ketika tim CSR Perseroan memasuki dusun tersebut.

Program pertama yang diberikan kepada sekitar 200 Kepala Keluarga Dusun Ngablak adalah bantuan pengobatan darurat berupa pendistribusian kebutuhan sembilan bahan pokok yang disebar kepada penduduk dusun tersebut.

Tahapan berikutnya adalah upaya pemulihan tanaman salak yang rusak berat akibat tertimbun debu (vulkanik) Gunung Merapi. Tim CSR Perseroan memberikan bantuan berupa alat pertanian untuk membersihkan tanaman salak yang rusak dan mengolah lahan. Selanjutnya adalah memberikan bibit tanaman palawija kepada petani sebagai pengganti sementara sebelum tanaman salak kembali berbuah, yang diperkirakan membutuhkan waktu pemulihan selama tiga tahun.

Walau tanaman salak belum dapat berproduksi secara normal, pada Agustus 2011 warga Ngablak sudah melakukan panen buah palawija. Dengan demikian, roda perekonomian wilayah terebut mulai berputar kembali melalui tanaman palawija dan peternakan ayam. Secara bertahap penduduk Dusun Ngablak dapat mengembalikan kondisi lahan untuk kembali menjadi pusat produsen salak berkualitas.

Metode dengan tahapan yang sama diterapkan oleh Perseroan kepada warga Kepulauan Mentawai yang terkena dampak tsunami. Bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Sumatera Barat, Perseroan membantu pembangunan 516 hunian sementara (huntara) untuk korban tsunami. Saat ini mereka mulai bisa menggerakkan roda kehidupan di pulau tersebut dengan kembali bercocok tanam dan kembali ke laut bagi penduduk yang sebelum bencana alam adalah nelayan.

Leave a comment